Tingkat perekonomian di Indonesia sangat sulit untuk ditebak. Keadaan
perekonomian di Indonesia sangat sering melenceng dari target yang
hendak dicapai. Target tersebut tentunya kan dicapai melalui sebuah
rencana keuangan. Memang, terkadang masa depan perekonomian Indonesia
sangat member harapan. Hal itu ditunjukkan lewat pertumbuhan ekonomi.
Hal itu ditunjukkan lewat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dalam
jangka waktu tertentu. Tidak bias dipungkiri, nilai tukar rupiah
terhadap dollar terus menguat. Harga barang-barang elektronik dari
Amerika semakin anjlok sehingga memberikan rasa senang kepada rakyat
Indonesia yang ingin membeli barang buatan luar negeri. Menurut ahli,
suatu hal yang harus dilakukan untuk membuka jalan menuju pertumbuhan
ekonomi yang tinggi adalah dengan melakukan keterbukaan ekonomi.
Keterbukaan ekonomi tersebut dilaksanakan lewat pemberian kesempatan
kepada Negara dan rakyatnya untuk bekerja sama mengatur perekonomian
bangsa. Teori dari keterbukaan ekonomi itu sudah benar, tetapi
implementasinya yang mungkin masih perlu dikaji lagi. Implementasi dari
program pemerintah sering melenceng dari keadilan social bagi rakyat
Indonesia. Jika dilihat dari aspek pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2010 ternyata masih berada dibawah beberapa
Negara Asia seperti Cina, India, Singapura ataupun Malaysia.
- 6 persen (Indonesia)
- 15 persen (Singapura)
- 10.5 persen (China),
- 9.7 persen (India) dan
- 6.7 persen (Malaysia)
Jika
dilihat dari segi pendapatan per kapita, mungkin akan semakin rendah,
mengingat pertumbuhan penduduk Indonesia lebih tinggi dibandingkan
Negara-negara lain yang telah disebutkan. Namun, pada bulan Agustus
2011, fondasi ekonomi Indonesia dinilai sangat kuat. Hal ini terlihat
ketika harga saham gabungan (IHSG) merosot akibat gejolak perekonomian
yang terjadi di benua Eropa, Amerika, dan Asia. Namun, hal itu tidak
dapat menggoyah perekonomian Indonesia. Pasalnya, fondasi perekonomian
Indonesia saat ini dinilai sangat kuat. Analisis pasar modal di Semarang
menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki fondasi perekonomian yang
sangat kuat. Bila dibandingkan dengan krisis yang terjadi pada tahun
1998-1999, saat ini secara makro ekonomi lebih baik, sector riil terjaga
dan fondasi ekonomi membaik. Oleh karena krisis di Amerika dan Eropa
tidak berpengaruh bagi perekonomian Indonesia, maka investor baik
domestik maupun mancanegara lebih terstimulus untuk melakukan investasi
di kota-kota di Indonesia. Ditambah lagi, masyarakat sudah diberikan
sosialisasi dan edukasi mengenai pasar modal kepada masyarakat.
Sehingga, kegiatan perekonomian berjalan lebih lancar.
Masalah utama yang paling sering terjadi dalam bidang moneter di
Indonesia adalah inflasi. Inflasi terjadi karena jumlah uang yang
beredar dalam lingkup masyarakat terlalu banyak sehingga nilai uang
menurun dan harga barang naik. Beberapa masalah moneter lainnya yang
sering muncul diantaranya, defisit neraca pembayaran, dan kurs
pertukaran mata uang yang tidak seimbang.
Salah satu masalah internasional yang berdampak pada perekonomian
Indonesia adalah saat teroris internasional menyerang World Trade Centre
Twin Towers. Bisnis penerbangan, pariwisata di berbagai Negara termasuk
Indonesia mengalami banyak kerugian karena banyaknya pembatalan yang
dilakukan. Sentral-sentral pasar uang Amerika Serikat ditutup seketika,
disusul harga saham yang diperdagangkan di bursa-bursa saham di Eropa
dan Asia jatuh secara signifikan. Kasus yang lain adalah terjadinya
bencana alam di Jepang yang membuat keadaan ekonomi Indonesia terganggu
karena aktivitas ekonomi antara dua Negara terganggu.
Tantangan ekonomi dunia yang dihadapi oleh Indonesia adalah terjadinya
krisis ekonomi di Amerika dan Eropa. Namun, hal itu tidak dapat
menggoyahkan perekonomian Indonesia dikarenakan fondasi perekonomian
Indonesia yang masih sangat kuat. Tantangan perekonomian Indonesia yang
lainnya berasal dari persetujuan yang disebut sebagai ACFTA (
ASEAN-China Free Trade Agreement) yang ditandatangani sejak 4 November
2002. Indonesia masih bimbang untuk menyetujui adanya ACFTA karena daya
saing produk Indonesia masih tergolong sangat rendah dibanding daya
saing produk dari Negara lainnya. Infrastruktur Cina jauh lebih baik,
suku bunganya lebih rendah, energy lebih murah, produktivitas lebih
tinggi dan sumber dana lebih besar. Tanpa perbaikan dan penyempurnaan
besar-besaran dan menyeluruh, Indonesia dipastikan tidak akan bisa
memenangkan persaingan dengan Cina. Meskipun Cina tidak memiliki minyak
bumi atau sumber daya alam lainnya yang memadai, penggunaan tenaga
nuklir memampukan Cina untuk menyediakan listrik murah untuk keprluan
industry maupun keperluan rakyatnya. Hal lainnya yang memberatkan saat
selama ini, 70% anggaran pemerintah terkonsentrasi pada pembiayaan
hal-hal rutin dan biaya-biaya pemeliharaan. Tantangan yang dihadapi
Indonesia di ASEAN adalah kesenjangan yang terjadi diantara
Negara-negara ASEAN. Kerentanan pasar uang yang baru-baru ini,
menghalangi kerjasama internasional.
No comments:
Post a Comment